Category: NEWS


Ribuan masyarakat mengikuti ritual mubeng beteng Kraton Yogyakarta untuk memperingati tanggal 1 suro (malam 1 suro), Sabtu (26/11). Malam 1 suro tahun ini juga diperingati dengan penyelenggaraan Ruwatan Mataram oleh beberapa kemunitas kejawen yang ada di Yogyakarta.

Sebelum ritual mubeng beteng dimulai, dilakukan upacara terlebih dahulu dipimpin oleh adik Sri Sultan Hamengku Buwono, GBPH Joyokusuma. Dalam upacara ini dilakukan doa bersama untuk keselamatan masyarakat seluruh Indonesia.

Setelah pemberian bendera merah putih oleh GBPH Joyokusumo kepada abdi dalem pimpinan ritual mubeng beteng, acara mubeng beteng pun segera dimulai. Ratusan abdi dalem serta ribuan masyarakat yang berada di belakang barisan abdi dalem tampak begitu serius terdiam sambil terus berjalan.

Jalan keluar Keben Kraton yang sebenarna sangat besar tidak cukup untuk jalan abdi dalem dan masyarakat yang harus antri keluar dari Keben.

Sementara itu acara Ruwatan Mataram yang dipusatkan di Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta didahului dengan jalan bisu kelompok Songsong Bawono yang membawa dua gunungan palawija yang akan direbut setelah ritual mubeng beteng kraton selesai dilakukan.

Kelompok Songsong Bawono ini melakukan jalan bisu dari Tugu Yogyakarta menuju Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Ratusan masyarakat yang pro penetapan untuk keistimewaan Yogyakarta juga ikut jalan bisu dibelakang rombongan kelompok Songsong Buwono.

Romo Budi, ketua panitia penyelenggaraan Ruwatan Mataram menjelaskan, Ruwatan Mataram ini diselenggarakan sebagai usaha untuk terbebas dari erupsi lahar dingin dari gunung Merapi.

“Kalau laharnya melewati sungai mudah-mudahan tidak menimbulkan bahaya jadi ya lewat saja dengan lancar,” ujar Romo Budi yang berasal dari Kotagede ini.

Ruwatan Mataram ini juga dimaknai sebagai doa bagi keselamatan semua anggota masyarakat tidak hanya di Yogyakarta tapi juga masyarakat di seluruh Indonesia.(Jogjanews.com/joe) Continue reading

PT PLN (Persero) MENGAJAK PUTRA TERBAIK BANGSA
BERGABUNG BERSAMA KAMI, MEMBANGUN NEGERI TERCINTA

LOWONGAN LULUSAN SMU DAN SMK

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja sebagai Teknisi Distribusi/Transmisi dan Operator Distribusi, PT PLN (Persero) Wilayah kerja Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, membutuhkan tenaga kerja tingkat SMU dan SMK, untuk mengisi lowongan jabatan sebagai berikut:

1. Teknisi Distribusi TEKDIS
2. Operator Distribusi OPDIS
3. Teknisi Transmisi TEKTRANS

Syarat Pendidikan:
SMU IPA, atau SMK Teknik Instalasi
listrik, Mekatronika, Teknik Transmisi
Tenaga Listrik, dan Teknik Distribusi
Tenaga Listrik

Jabatan tersebut dikategorikan sebagai Tenaga Pelaksana dengan usia pensiun 45 tahun dan Jaminan Sosial dikelola oleh Lembaga yang ditunjuk oleh perusahaan. Penempatan di wilayah setempat dan tidak dapat dipindahkan ke wilayah kerja lain.

Adapun kriteria yang dipersyaratkan adalah sebagai berikut :

Continue reading

UIN JOGJA

Sekilas UIN Sunan Kalijaga

1951-1960
Periode Rintisan
 Periode ini dimulai dengan Penegerian Fakultas Agama Universitas Islam  Indonesia (UII) menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) yang diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 Tanggal 14 Agustus 1950 dan Peresmian PTAIN pada tanggal 26 September 1951. Pada Periode ini, terjadi pula peleburan PTAIN (didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950) dan ADIA (didirikan berdasarkan Penetapan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1957) dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 Tanggal 9 Mei 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan nama Al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. pada periode ini, PTAIN berada di bawah kepemimpinan KHR Moh Adnan (1951-1959) dan Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya (1959-1960)

1960-1972
Periode Peletakan Landasan
 Periode ini ditandai dengan Peresmian IAIN pada tanggal 24 Agustus 1960. Pada periode ini, terjadi pemisahan IAIN. Pertama berpusat di Yogyakarta dan kedua, berpusat di Jakarta berdasarkan Keputusan Agama Nomor 49 Tahun 1963 Tanggal 25 Februari 1963. Pada periode ini, IAIN Yogyakarta diberi nama IAIN SUnan Kalijaga berdasarkan Keputusan Menteri Agama NOmor 26 Tahun 1965 Tanggal 1 Juli 1965. Pada periode ini telah dilakukan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, dimulai dengan pemindahan kampus lama (di Jalan Simanjuntak, yang sekarang menjadi gedung MAN 1 Yogyakarta ) ke kampus baru yang jauh lebih luas (di Jalan Marsda Adisucipto Yogyakarta). Sejumlah gedung fakultas dibangun dan di tengah-tengahnya dibangun pula sebuah masjid yang masih berdiri kokoh. Sistem pendidikan yang berlaku pada periode ini masih bersifat ‘bebas’ karena mahasiswa diberi kesempatan untuk maju ujian setelah mereka benar-benar mempersiapkan diri. Adapun materi kurikulumnya masih mengacu pada kurikulum Timur Tengah (Universitas Al-Azhar, Mesir) yang telah dikembangkan pada masa PTAIN. Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga berada di bawah kepemimpinan Prof. RHA Soenarjo, SH (1960-1972).

1972-1996
Periode Peletakan Landasan Akademik

  Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga dipimpin secara berturut-turut oleh Kolonel Drs. H. Bakri Syahid (1972-1976), Prof. H. Zaini Dahlan, MA (selama 2 masa jabatan: 1976-1980 dan 1980-1983), Prof. Dr. HA Mu’in Umar (1983-1992) dan Prof. Dr. Simuh (1992-1996). Pada periodeini, pembangunan sarana prasarana fisik kampus meliputi pembangunan gedung Fakultas Dakwah, Perpustakaan, Program Pascasarjana, dan Rektorat dilanjutkan. Sistem pendidikan yang digunakan pada periode ini mulai bergeser dari ‘sistem liberal’ ke ‘sistem terpimpin’ dengan mengintrodusir ‘sistem semester semu’ dan akhirnya ‘sistem kredit semester murni’. Dari segi kurikulum, IAIN Sunan Kalijaga telah mengalami penyesuaian    yang radikal dengan kebutuhan nasional bangsa Indonesia. Jumlah fakultas bertambah menjadi 5 (lima); yaitu Fakultas Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuluddin. Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga dibuka pada periode ini, tepatnya pada tahun akademik 1983/1984. Program Pascasarjana ini telah diawali dengan kegiatan-kegiatan akademik dalam bentuk short courses on Islamic studies dengan nama Post Graduate Course (PGC) dan Studi Purna Sarjana (PPS) yang diselenggarakan tanpa pemberian gelar setingkat Master. Untuk itu, pembukaan Program pAscasarjana pada dasawarsa delapan puluhan tersebut telah mengukuhkan fungsi IAIN Sunan Kalijaga sebagai lembaga akademik tingkat tinggi setingkat di atas Program Strata Satu.

1996-2001
Periode Pemantapan Akademik dan Manajemen

 Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar (1997-2001). Pada periode ini, upaya peningkatan mutu akademik, khususnya mutu dosen (tenaga edukatif) dan mutu alumni, terus dilanjutkan. Para dosen dalam jumlah yang besar didorong dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi, baik untuk tingkat Magister (S2) maupun Doktor (S3) dalam berbagai disiplin ilmu, baik di dalam maupun di luar negeri. Demikian pula peningkatan sumber daya manusia bagi tenaga administratif dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan pelayanan administrasi akademik. Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga semakin berkonsentrasi untuk meningkatkan orientasi akademiknya dan mengokohkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan tinggi. Jumlah tenaga dosen yang bergelar Doktor dan Guru Besar meningkat disertai dengan peningkatan dalam jumlah koleksi perpustakaan dan sistem layanannya.

2001-2010
Periode Pengembangan Kelembagaan

 Periode ini dapat disebut sebagai ‘Periode Trasformasi’, karena, pada periode ini telah terjadi peristiwa penting dalam perkembangan kelembagaan pendidikan tinggi Islam tertua di tanah air, yaitu Transformasi Institut Agama ISlam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2004 Tanggal 21 Juni 2004. Deklarasi UIN Sunan Kalijaga dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2004. Periode ini di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Amin Abdullah (2001-2005) dengan Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, MA., Ph.D, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum Drs. H. Masyhudi, BBA, M.Si. dan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof. Dr. H. Ismail Lubis, MA (Almarhum) yang kemudian digantikan oleh Dr. Maragustam Siregar, MA.
Pada periode kedua (2006-2010) dari kepemimpinan Prof. Dr. HM. Amin Abdullah telah dibentuk Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama. Dengan ditetapkannya keberadaan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama, maka kepemimpinan UIN Sunan Kalijaga pada periode kedua ini adalah sebagai berikut : PEmbantu Rektor Bidang Akademik, Dr. H. Sukamta, MA, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Tasman Hamami, MA, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Maragustam Siregar, MA, dan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama dijabat oleh Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA.
Perubahan Institut menjadi universitas dilakukan untuk mencanangkan sebuah paradigma baru dalam melihat dan melakukan studi terhadap ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, yaitu paradigma Integrasi interkoneksi. Paradigma ini mensyaratkan adanya upaya untuk mendialogkan secara terbuka dan intensif antara hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah. Dengan paradigma ini, UIN Sunan Kalijaga semakin menegaskan kepeduliannya terhadap perkembangan masyarakat muslim khususnya dan masyarakat umum pada umumnya. Pemaduan dan pengaitan kedua bidang studi yang sebelumnya dipandang secara dimatral berbeda memungkinkan lahirnya pemahaman Islam yang ramah, demokratis, dan menjadi rahmatan lil ‘alamin.

PENDAFTARAN MAHASISWA BARU UIN JOGJA DISINI

BOM MASJID

Kepolisan belum dapat memastikan jaringan yang terkait dengan pengeboman di Masjid Al-Dzikra kompleks Polresta Cirebon, Jumat (15/4) pekan lalu. “Densus (Detasemen Khusus Anti teror) 88 masih berusaha menjawab pertanyaan ini,” ujar Wakil Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Inspektur Jenderal Mathius Salempang dalam keterangan pers di ruang Rupatama Mabes Polri, Senin 18 April 2011.  Menurut Mathius, motif pengeboman juga belum dapat diungkapkan. “Ini masih dalam pengembangan penyidikan,” katanya.

Kepala Bidang Penerangan Umum Divisi Humas  Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar menyatakan hal serupa. Menurutnya dugaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bahwa aksi bom Cirebon terkait dengan jaringan di Aceh belum dapat dipastikan oleh polisi. “Kalau disinyalir itu bisa saja. Yang jelas tim kita terus menyelidiki,” ucapnya.

Namun, kepolisian memastikan Muhammad Syarif, pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon, terkait dengan kasus perusakan toko Alfamart Cirebon beberapa waktu lalu. Kasus ini ditangani oleh Polresta Cirebon, dan Syarif masuk dalam salah satu daftar pencarian orang yang ditetapkan Polresta Cirebon.

Dari kasus tersebut, saat ini 11 tersangka telah ditetapkan oleh polisi. Sebanyak enam orang sudah ditahan dan menjalani proses hukum. Bahkan, sudah ada yang keluar penjara. Sementara 5 lainnya masuk ke dalam daftar pencarian orang.

Hari ini polisi juga memastikan pelaku bom bunuh diri di Masjid Al Dzikra itu adalah Muhammad Syarif, warga Cirebon berusia 32 tahun. Berdasarkan uji DNA orang tua Syarif yang dilakukan kepolisian, dinyatakan 100 persen cocok dengan Muhammad Syarif Astanagari.

Seperti dikabarkan sebelumnya, bom diledakkan saat berlangsungnya salat Jumat di Masjid Al Dzikra, kompleks Polres Cirebon Kota, Jumat 15 April lalu. Polisi menduga peledakan itu merupakan aksi bom bunuh diri.

Insiden itu melukai sedikitnya 30 orang, 24 di antaranya polisi, termasuk Kapolres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Herukoco. Satu orang tewas dalam insiden itu, Muhammad Syarif, diduga sebagai pelaku peledakan bom bunuh diri.